MOM BLOGGER

A Journal Of Life

5 Fakta 'derita' Konyol IRT

Selasa, 11 Agustus 2015

Selamat pagi .., eh dah mau siang ,, (selamat pagi, siang, sore, malam aja ya. Soalnya tulisan nya galau, dipublish trus diedit lagi :D )

Ceritanya, dari tadi (pagi sampe sekarang udah siang) saya mau nulis tentang bahagianya saya ahad kemaren diajakin suami ke ITB dan saya berinteraksi sedikit dengan teman-temannya. Tapi kok ya ga ngalir ya... #tears. Malah saya ceritanya jadi ngalor ngidul. :(

Saya padahal cuma mau bilang betapa bahagia nya saya yang diberi kesempatan memperkenalkan diri saat ajang perkenalan mereka. Lebay memang. Tapi saya bahagia karena sudah lebih dari 2 tahun saya tidak pernah lagi berbicara di depan sekumpulan orang. Dan hal lain yang bikin saya bahagia , karena saya merasa 'ada' dan 'hidup' lagi.

Pernyataan saya yang terakhir bukan berarti selama ini saya merasa hal kebalikannya ya. Hanya saja, selama ini 'ada' dan 'hidup'nya saya itu kuantitas dan kualitas nya kurang. Atau lebih tepatnya situasi yang monoton (atau mungkin terlalu dinamis) sehingga membuat saya merasa 'tidak ada' dan 'tidak hidup'. Ah memang akhir2 ini saya jadi lebay, tepatnya setelah menjadi emak2 alias ibu-ibu. Tetiba saya berubah menjadi orang yang tak berdaya dan tak berarti. Merasa tak satupun yang bisa saya lakukan ditengah segambreng aktivitas yang sebenarnya setia menunggu saya. #ironis sekali pemirsah! 

Menjadi seorang ibu dan ibu-ibu. 2 hal yang saling terkait kaya 2 sisi koin. Jadi ibu itu mau ga mau masuk dalam dunia ibu-ibu coba (ngomong dengan terpaksa. Dan dunia ibu-ibu itu cukup menyiksa dan butuh adaptasi maksimal buat saya.Sehingga jadilah saya ibu yang masih suka mengintervensi diri sendiri dengan isu-isu ibu-ibu yang ada. Alhasil, saya jadi 'bad mood'. Nah, kalo dulu jaman belum berbuntut saya bisa melakukan apapun yang saya inginkan ketika sedang 'bad mood'. Sekarang? Tentu ga bisa seenak saya aja donk. Ada anak yang harus saya pikirkan sebelum melakukan hal-hal tertentu.

Kebiasaan buruk saya ketika 'bad mood' adalah dengan pergi ke suatu tempat sendiri untuk menyepi. Yups. Sendiri. Terkadang saya berkendaraan, terkadang saya berjalan kaki. Yang penting sendiri. Membawa pergi hati yang tengah basah dengan air mata (ahiiiw). Begitu ceritanya. Dan sekarang, kebiasaan saya itu tidak bisa lagi saya lakukan tentunya. Apalagi buntut saya sudah 2. #ohNo ...

Terkadang saya berfikir, enak ya jadi ibu yang bekerja di luar rumah. Sesaat punya waktu tanpa diikuti buntut. Jika sejenak ingin menyepi, bisa bebas pergi tanpa harus diikuti anak-anak. Karena anak-anak ibu bekerja tentunya sudah dikondisikan dititipkan ke seseorang. Benar ga sih seperti itu? #jawab ya ibu bekerja... (working mom vs stay at home mom lagi hot nih jadi topik lagi.. hehhee .. tapi plis jangan perang disini yak.. :D )

Anggapan-anggapan saya tentang kehidupan ibu lain yang lebih baik dari saya ini mungkin muncul karena saya pribadi belum menemukan cara yang tepat untuk mengaktualisasikan diri. Sehingga saya hanya terpasung pada persepsi negatif saya. Bukannya beraktual malah saya sibuk memikirkan hal yang hanya membuat saya semakin 'tak ada' dan 'tak hidup'.

Saya meyakini, setiap orang khususnya para ibu melewati fase pencarian seperti yang saya hadapi sekarang ini. Pencarian untuk beraktualisasi dalam kondisi baru dan berbeda dari kehidupan sebelum memiliki anak. Dan beruntunglah teman-teman yang tidak butuh waktu dan perjuangan berarti dalam masa adaptasi dan pencarian ini. Buat teman-teman yang butuh waktu dan perjuangan panjang untuk bisa berdamai dengan dunia ibu-ibu, tos dulu. Kita senasib!!!

Baik ibu bekerja ataupun IRT, pastinya memiliki 'derita' masing-masing. Saya tidak bisa memastikan 'derita' yang dialami ibu bekerja karena saya belum pernah berada di posisi tersebut. Yang ada hanyalah anggapan seperti di atas. Bahwa ibu bekerja punya banyak waktu untuk bisa menyepi tanpa gangguan bocah-bocah. Kalaupun ada 'derita' lebih ke tuntutan kerja dan manajemen waktu. (Bagi saya terlihat sederhana karena merupakan resiko logis untuk ibu bekerja). Nah bagaimana dengan 'derita' ibu rumah tangga? saya tampaknya bisa share disini. Semoga saja bisa jadi motivasi buat ibu-ibu yang lain terutama yang masih merasa 'menderita'.

♥Tumpukan Piring dan Baju Kotor: derita tiada akhir

Rata-rata IRT menyelesaikan pekerjaa rumah tangga sendiri alias tanpa bantuan asisten rumah tangga. Sehingga piring dan baju kotor menjadi momok yang tak berkesudahan. Saya pribadi memang tidak bisa berdamai dengan 2 hal ini. Semalas-malasnya saya, piring dan baju harus selalu dicuci. Jika tidak? Kepala saya serasa mau pecah dan saya serasa ingin pergi selama-lamanya menjauh dr piring dan baju kotor ini. Jadi, bagaimana tidak menderitanya coba, disatu sisi ingin tetap rapi, disisi lain bosan dengan rutinitas mencuci yang jika mau divariasi, mentok-mentok mencuci dengan bernyanyi sambil bergoyang. Tapi capek juga kan. Huft .. untuk poin ini saya tidak bermaksud mengatakan Ibu bekerja terbebas dari tugas ini ya. Perbedaannya. Ibu bekerja memiliki variasi aktivitas di luar rumah. Jika pun menyelesaikan 2 pekerjaan ini, ibu bekerja bisa lebih enjoy dan berdamai karena punya dalih, 'cape pulang kerja'. Nah kami? Cape pulang dari mana? Lha wong cuma di rumah aja. Hehehe

Trus gimana dong cara mengatasi biar ga 'menderita' melihat dua tumpukan ini?

Sederhana saja. Jangan sampai ditumpuk. Jika teman-teman memiliki kebiasaan menumpuk piring dan baju kotor. Sekarang ubah kebiasaan tersebut. Mencuci piring langsung sehabis makan dan mencuci baju setiap hari jauh membuat otak tidak mumet. Sehingga kita bisa mengerjakan cucian-cucian tersebut sebagai pekerjaan harian yang tidak memberatkan. Jika khawatir monoton. Coba atur jadwal mencuci dengan pasangan Anda. Selang seling setiap harinya. Jika masih 'menderita', mungkin teman-teman butuh asisten rumah tangga. Silakan ajukan ke pak suami ya.. hehehe

♥ Anak Rewel, Jengkel to athe Max

Permasalahan anak rewel memang akan dialami oleh setiap ibu, baik ibu bekerja maupun IRT. Bedanya, 'derita' IRT adalah harus mendapati anak rewel dengan kuantitas yang lebih banyak dibandingkan ibu bekerja. Betul?

'Derita' IRT ini akan menjadi berlipat apabila anak rewel bertepatan dengan kejadian masalah lain. Ooooh.. rasa-rasanya mau minggat aja dari rumah.

Trus gimana donk biar ga menderita? Teman-teman harus bersabar. Hehehe ... memilih menjadi IRT seperti halnya memilih menjadi ibu bekerja ada resiko logis yang harus siap kita terima. Salah satunya ya ini. Tapi tenang. Anak rewel pasti ada sebabnya. Jika anak kita sering rewel, berarti ada 2 kemungkinan. Pertama anak sedang merasa tidak nyaman (jiwa ataupun raganya), yang kedua, anak memperoleh efek aura negatif dari ibunya yang sedang 'bad mood'. Silahkan cari solusi yang cocok ya dengan teman-teman sekalian, heu ...

♥ Rumah lagi Rumah lagi .. bosan!!!

Poin ketiga ini tidak semua dialami IRT tampaknya. IRT yang memiliki kendaraan pribadi bisa melakukan aktivitas di luar rumah tentunya bersama krucil-krucilnya. Bagi yang senasib dengan saya, terlebih lagi dengan memiliki anak lebih dari 1, keinginan untuk beraktivitas di luar rumah seperti derita tiada akhir sampai akhirnya pak suami yang ngajak 'hangout' atau sejenis dinner. Selain itu? Just stay at home!!!

Eh tapi ya, sebenarnya bagi ibu muda yang masih memiliki 1 anak saja, jika ada keinginan seperti ini masih sangat memungkinkan lho. Hitung-hitung memperkenalkan anak dengan rutinitas sosial lainnya selain rutinitas di rumah. Untuk ibu beranak 2 atau lebih, bisa jalan-jalan saja keliling komplek atau mungkin main ke rumah tetangga. Hehehe

Selamat deh buat ibu-ibu yang tidak memiliki keinginan beraktivitas diluar rumah. Terlebih yang mampu menciptakan variasi aktivitas di dalam rumah bersama anak-anaknya. Saya pribadi baru bisa mengatasi keinginan ini dengan cara bermedia sosial untuk tegur sapa sama teman-teman saya yang sudah menyebar ke penjuru dunia (lebay). Selain itu saya belum berani membawa anak-anak tanpa suami. Khawatir mereka ngantuk dan saya tidak bisa menggendong balita ngantuk seumuran sekaligus. (nasib beranak kembar)

♥IRT itu Kucel bin Kumel

Tidak menjadi alasan memang untuk IRT berkilah tidak bisa tampil cantik. Karena dandan kan bisa dilakukan meski kita hanyalah seorang IRT. Tapi .... memang sangat jarang sekali IRT yang tampil rapi di rumah. Alasannya ya cuma 1, "kan ga kemana-mana".

Trus kenapa jadi 'derita'? Kan ga ada alasan untuk tidak dandan dan rapi?

Nah, 'derita' karena dilematis. Dilematis karena komenan orang sekitar. Ga dandan dibilang kucel, dandan dibilang centil. Tapi ini balik lagi sih ke pribadi kitanya. Jika ingin tampil rapi dan cantik, berhias lah meski hanya di rumah, terlebih untuk menyambut kedatangan suami pulang ngantor. Kalo ada rasa takut diledek tetangga, ya itu sih tergantung kita nya. Mau cuek atau ambil pusing. Jadi ga dilematis lagi kan...

Nah kalo udah rapi dan cantik, ga akan ngerasin lagi deh 'derita' jadi IRT yang sering dicap kucel bin kumel.

♥ Mau Beli Gincu berkualitas: suami says "Gincu kok mahal Amat!"

Lagi-lagi kasuistik. Ga semua ya IRT ga berpenghasilan. Terlebih jaman sekarang banyak IRT berpenghasilan dari rumah dengan usaha online. Tapi mau berpemghasilan or not, tetap donk kudu ijin ke suami kalo mau beli sesuatu. Seperti beli gincu alias lipstik. Menurut saya, tetap sih beda IRT yang beli gincu mahal dengan ibu bekerja yang beli gincu mahal. Kalo IRT kan suami bisa bilang gini "ga pake gincu kamu tetap cantik ko". Padahal itu cuma alibi suami aja biar ga beliin atau izinin istri beli gincu mahal. IRT kan kalo belanja rata-rata kudu bareng suami (biasanya). Nah kalo ibu bekerja kan selain suami ga tau harga gincu yang dipake istri karena istri belinya sama teman-teman kantornya, gincu berkualitas dibutuhkan biar ga cepat luntur dibawa beraktivitas seharian. (Gincu ga selamanya berwarna ya. Ada yang warna natural biar bikin bibir ga pucet).

Ya derita yang ini sih ge menderita banget sih ya ... tapi kalo semua item kebutuhan perempuan dikomenin mahal sama suami, kaya nya istrinya kudu bersabar. Hehehe.. dan nabung buat beli sesuatu yang berkualitas meski cuma 1 biji aja.

Udah dulu ah. Berawal dari mengaku bahagia lho kok jadi membahas derita ya akhirnya. Hahaha .. nah lho ketahuan kan kalo saya memanh sedang galau. Mohon dimaklumi ya .. dan mohon bimbingannya.

Untuk 'derita' IRT yang terpikirkan oleh saya baru 5 poin aja. Dan 5 poin ini subjektif banget ya. Saya ga bermaksud mengeneralisir. Hanya share saja buat seru-seruan dan biar tulisan saya nambah. Soalnya saya lagi belajar jadi blogger ya baik ceritanya. Hehehe.. terima kasih sudah mau membaca. Silahkan tambah ya derita yang lain di kolom komen. Kalo bisa sekalian buat mengatasi nya. Biar ga menderita lagi, hehehe ...

^^
BANDUNG
10 Agustus 2015

Post Comment
Posting Komentar

Komenmu sangat berarti bagiku 😆
Makasi ya udah ninggalin komen positif ... 🤗